BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Masa remaja
sering kali di hubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan
ketidak wajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidak selarasan, gangguan emosi dan gangguan
perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang di alami remaja karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan
lingkungan.
Sejalan dengan
perubahan –perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pad
tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagai mana
diketahui, dalam setiap fase perkembangan , termasuk pada masa remaja, individu
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus di penuhi. Apabila individu mampu
memenuhi tugas perkembangan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, dan
kebahagiaan juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas
perkembangan pada fase berikutnya. Bebrapa perubahan yang di alami remaja
adalah perubahan fisik, psikis dan sosial.
2. Rumusan masalah.
1.
Beberapa
perubahan yang dialami remaja.
2.
Masalah-masalah
yang di alami remaja
3.
Fakto-faktor
kenakalan remaja
3. Tujuan.
Dengan adanya makalah ini dapat
memberikan pengetahuan tentang problematika sosial dan pengaruh terhadap anak
didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tugas Perkembangan Masa Remaja
Semua tugas-tugas perkembangan msa
remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan perilaku kanak-kanak dan
mempersiapkan sikap dan perlaku orang dewasa. Rincian tugas-tugas pada remaja
ini adalah sebagai berikut :
1. mencapai relasi yang lebih matang
denga teman seusia dari kedua jenis kelamin.
2. Mencapai peran social feminine dam
maskulin.
3. Menerima fisik dan menggunakan secara
efektif.
4. Memintan,menerima dan mencapai
perilaku bertanggung jawab secara social.
5. Mencapai kemandirian secara emosional
dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
6. Mempersiapakn untuk karier ekonomi.
7. Mempersiapkan menikan dan berkeluarga.
8. Memperoleh suatu set nilai dan system
etis untuk mengarahkan perilaku.
B. Perubahan yang Dialami Remaja.
Masa
remaja di awali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan fisik
(meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi
fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik terjadi pada masa puberitas
ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastic, tidak
beraturan dan terjadi pada system reproduksi. Hormon-hormon mulai di produksi
dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta
mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan
perkembangan bertahap dari kakteristik seksual primer dan karakteristik seksual
skunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ
reproduksi , sedangkan karakteristik seksual skunder mencakup perubahan dalam
bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya , pada remaja putri ditandai
dengan menarche (mentruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran
buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pullitio(mimpi basah
pertama), pembesaran suara, tumbuhnya ramut-rambut pubis, tumbuh rambut pada
bagian tertentu seperti di dada, dikaki, kumis dan sebagainya.
Sekitar
dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan
seksual remaja. Anak remaja putrid mengalami pertumbuhan tubuh pada usia 8-8
tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja
putra mulai menunjukkkan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun,
sedangkan perubahan suara pada usia 13 thun.
Pada
masa puberitas , hormone-hormon mulai berfungsi selai menyebabkan perubahan
fisik / tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan
dengan jelas meningkatnya dorongan seks
dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan
keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Selama
masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang
sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mnecapai
bentuk akhirnya dan system reproduksi sudah mencapaikematangan secara
fisiologis, sebelum ahirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal
masa lanjut usia. Sebagai akibat proses kematangan system reproduksi ini,
seseorang sudah bisa menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai
keturunan . meski pun demikian , hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu
bereproduksi dengan aman secara fisik.
1.2. Perkembangan fisik remaja
Ketika
memasuki masa puberitas , setiap anak sudah mempunyai system kepribadian yang
merupakan pembentukan dari perkambangan selama ini . diluar system kepribadian
anak seperti perkembangan ilmu pengeetahuan dan informasi., pengaruh media
masa, keluarga, sekolah, teman sebaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak
dapat di abaikan dalam pembentukan sisitem kepribadian tersebut. Pada masa
remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan
dapat saling berbenturan nilai.
1.3. Perkembangan sosial
remaja
Perubahan
sosial seperti adanya kecenderungan anak –anak pra-remaja utnuk berprilaku
sebagai mana yang ditunjukkan remaja membuat penganut aliran kontemporer
memasukkan mereka dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para
remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja(magang) setamat
SLTA, membuat individu yang berusia 19-22 tahun juga di masukkan dalam golongan
remaja , dengan pertimbangan bahwa, pembentukan identitas diri remaja masih
terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.
Batasan
remaja menurut usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun, ada juga yang
membatasi usia remaja antara 11-22 tahun . lebih lanjut Thornburgh membagi usia
remaja menjadi tiga kelompok, Yaitu :
·
Remaja
awal: antara 11 hingga 13 tahun
·
Remaja
pewrtengahan : antara 14 hingga 16 thun
·
Remaja
akhir : antara 17 hingga 19 tahun.
Pada
masa tersebut tugas –tugas yang harus di penuhi adlah sebgai berikut:
·
Mencapai
hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik sesame jenis maupun
lawan jenis.
·
Mencapai
peran sosial maskulin dan feminism.
·
Menerima
keadaan fisik dan dapat menggunakan secara efektif.
·
Mencapai
kemandirian secara emosional dari orang tua dan prang dewasa lainnya.
·
Mencapai
kepastian untuk mandiri secara ekonomi.
·
Memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja.
·
Mempersiapkan
diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga.
·
Mengembangkan
kemampuandan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai
warga Negara.
·
Menginginan
dan mencapai prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial.
·
Memperoleh
rangkaina system nilai dan etika sebgai pedoman perilaku.
C.
Masalah-masalah remaja.
Tidak
semua remaja dapat memnuhi tugas-tugas tersebut dengan baik , menurut Hurlock
(1073) ada beberapa maslah yang di alami remaja dalam memenuhi tugas tersebut:
Masalah
pribadi, yaitu maslah maslah yang berhubungan dengan situasi dan kondusi
dirumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas,
dan lain-lain
Maslah khas remaja, yaitu maslah yang timbul
akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti maslah pencapaian
kemandirian keslah pahamanatau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru,
adanya hak-hak besar dan lebih sedikit kewajibanyang di bebankan oleh orang
tua.
Elkind
dan postman ( dalam furham, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad
duapuluh, yaitu berkembanga kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak
dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stress yang dating dari
perubahan social yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang
menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara
psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat
seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri,
keluhan-keluhan somatic dan kesedihan yang kronis.
Lebih
lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini
membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi
tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian
cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan
mengalami gangguan emosional.
Bellak
(dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap
perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan
dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi
yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya
terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload.
Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas
dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian
diatas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa
kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembanganfifiologis pada masa remaja,
ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi social budaya serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali
mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian
diri atau gangguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat
digolongkan dalam delinkuensi.
Perkembangan
pada remaja merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam berbagai aspek
sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang
memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada
remaja.
Factor-faktor
yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja terbagi menjadi kutub-kutub
seperti berikut antara lain :
1.1. Kutub Keluarga ( Rumah Tangga )
Dalam
berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/ remaja yang
dibesarkan dalam lingkungan social keluarga yang tidak baik/disharmoni
keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kpribadian menjadi
berkepribadian antisocial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan
dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Criteria
keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain :
1. Keluarga tidak utuh (broken home by
death, separation, divorce)
2. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan
dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
3. Hubungan interpersonal antara anggota
keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
4. Substitusi ungkapan kasih saying orang
tua kepada anak, dalam bentuk materi dar pada kejiwaan (psikologis).
Selain
dari pada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi
keluarga yang merupakan sumber stress pada anak dan remaja, yaitu :
·
Hubungan
buruk atau dingin antara ayah dan ibu
·
Terdapatnya
gangguan fisik atau mental dalam keluarga
·
Cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua tau oleh kakek/nenek
·
Sikap
orang tua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
·
Sikap
orang tua yang kasar dank eras kepada anak
·
Campur
tangan perhatian yang berlebih dari orang tua terhadap anak
·
Orang
tua yang jarang di rumah atau terdapatnya istri lain
·
Sikap
atau control yang tidak konsisten, control yang tidak cukup
·
Kurang
stimuli kognitif atau social
·
Lain-lain,
menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain
sebagainya.
Sebagaimana
telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga
sebagaimana di uraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti social
dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang
dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah)
1.2.
Kutub sekolah
Kondisi
sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses belajar mengajar anak didik,
yang pada giliranya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain :
ü Sarana dan prasarana sekolah yang
tidak memadai
ü Kuantitas dan kualitas tenaga guru
yang tidak memadai
ü Kualitas dan kuantitas tenaga non guru
yang tidak memadai
ü Kesejahteraan guru yang tidak memadai
ü Kurikulum sekolah yang sering
berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
ü Lokasi sekolah di daerah rawan, dan
lain sebagainya
1.3.
Kutub masyarakat ( Kondisi Lingkungan Sosial )
Faktor
kondisi lingkungan social yang tidak sehat atau “rawn”, dapat merupakan faktor
yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub
masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan
masyarakat dan kedua, factor daerah rawan ( gangguan kamtibnas ). Criteria dari
kedua faktor tersebut, antara lain :
1.
Faktor kerawanan masyarakat (
Lingkungan )
1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga
larut malam bahkan sampai dini hari
2) Peredaran alcohol, narkotika,
obat-obatan terlarang lainya
3) Pengangguran
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5) Wanita tuna susila (wts)
6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV,
majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7) Perumahan kumuh dan padat
8) Pencemaran lingkungan
9) Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan social
2.
Daerah Rawan ( Gangguan Kantibnas )
1) Penyalahgunaan alcohol, narkotika dan
zat aditif lainya
2) Perkelahian perorangan atau berkelompok/masal
3) Kebut-kebutan
4) Pencurian, perampasan, penodongan,
pengompasasan, perampokan
5) Perkosaan
6) Pembunuhan
7) Tindak kekerasan lainya
8) Pengrusakan
9) Coret-coret dan lain sebagainya
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Problematika yang terjadi pada anak
remaja bersumber dari banyak factor biasa dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat
2. SARAN
Agar tidak terjadi penyimpangan
kenakalan remaja perlu adanya partisipasi dari beberapa pihak seperti keluarga,
sekolah dan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar